Jonas Bjerre |
Ini
adalah pentas keempat Mew di Indonesia. Bedanya, kali ini mereka tampil sendiri
setelah tiga pentas sebelumnya melulu bersama grup lain. Dalam konser tunggal
kali ini, band asal Denmark tersebut mengenalkan hidangan anyar dalam menu bertajuk Plus Minus (+-). Album itu dirilis 27 April mendatang.
Mew
pun mengaku tak bosan tampil di Indonesia. Mewakili kerabatnya, Jonas Bjerre
merasa Indonesia umpama rumah, sehingga konser kali ini seperti 'mudik untuk
Hari Natal'. Itu ia ungkapkan sebelum menyenandungkan She Came Home for
Christmas.
Rumah
yang berisik, yang berisi keluarga bernama Indo Frangers. Mereka yang tak lelah
menyuntikkan semangat untuk Mew.
"Rasanya
bahagia sekali kembali ke Jakarta. Terima kasih selalu menyambut kami,"
ucap Jonas setelah mengumandangkan Snow Brigade, nomor unggulan dari album
brilian Frengers. Snow Brigade adalah sajian keempat dalam pentas di Skenoo
Hall, Gandaria City, Jakarta, Selasa (31/3) malam.
Tiga
nomor sebelumnya tak terlalu dominan. Yang dominan malah lampu latar berwarna
biru. Hijau dan merah hanya sempat, kuning seakan lenyap meski tepat di atas
tiga pentolan paling depan. Pun, gadget di tangan penonton yang berusaha
merekam berbagai momen penampilan empat personel Mew. Justru tidak tampak layar
besar yang biasa berdiri dalam sebuah konser untuk membantu penonton paling
belakang melihat idolanya.
Coffe
Break menjadi pembuka yang agak monoton. Seperti terlalu lawas bagi penonton
yang sebagian besar berusia di bawah 30 tahunan. Tak heran juga, lagu itu
bagian dari album A Triumph for Man yang rilis pada 1997, jauh sebelum nama Mew
mencapai sudut terjauh belantika musik internasional.
Sebagian
penonton terobati dengan Satellites. Sebagian lain masih meraba-raba. Andalan
Plus Minus itu masih berumur pendek. Satellites dikenalkan dua bulan lalu di
dunia maya. Tak terlalu massif, tapi mulut sebagian Indo Frengers merapal baik
lirik pendeknya.
Bagi
yang baru mendengar, Satellites mungkin agak janggal. Tempo lagu tak konstan,
ritme penopang nada berjalan tak dinamis. Toh, kuping penonton mampu menemukan
benang merah di sekelumit jeda lagu. Atmosfer dream-pop kental terngiang dalam
Satellites, karakter yang susah hilang dari kuartet asli Copenhagen tersebut.
Di
lagu My Compications, Mew lebih menyengat dengan nuansa progresif. Harmonisasi
irama lebih masuk akal dengan gebukan drum nan konsisten dan permainan ritmis
lead gitar. Hidangan yang menghentak kaki dan kepala itu bersambung ke
nomor-nomor berikutnya yang penuh emosi.
Snow
Brigade, Beach, Am I Wry? No, 156, bagai medley lagu kebangsaan yang meleburkan
perbedaan individu-individu Frengers. Mereka sama di hadapan keempat lagu itu,
sama-sama bernyanyi dan berjingkrak.
Jonas
seharusnya duduk saja di tepi panggung setinggi lutut itu. Biarkan penggemarnya
yang memadukan suara untuk melengkingkan lirik-lirik lagu kesohor Mew dengan
sukarela. Sepertinya, rindu tak habis diuarkan meski Mew sudah empat kali mentas
dalam lima tahun terakhir. "I'll find you somewhere, show you how much I
care," gema lirik Snow Brigade di Skenoo Hall.
Mew
juga kadang menyebalkan. Jonas, Johan, Bo, dan Silas, sengaja memainkan
ambience penggemarnya. Kala ruangan berada di ketinggian, Mew dengan sengaja
melambatkan tensi hentakan kaki dan kepala. Mereka tiba-tiba memainkan Silas the Magic Car dan Hawaii. Apocalypso muncul cuma menjadi penengah karena
selanjutnya Mew me-medley-kan Saviours Of Jazz Ballet dan She Came Home for
Christmas. Sesi mengalun ini diakhiri Water Slides yang terdaftar dalam Plus
Minus.
Keempat
pementas lalu menghilang. Penonton tercengang. "We want more,"
terlontar sebentar karena dengan cepat mereka sadar Jonas cs sedang bercanda.
Penonton santai menunggu hingga personel Mew manggung lagi tanpa diminta.
"I got you," teriak salah satu penonton.
Ini
sesi terakhir. Dugaan penonton tak salah. Apa pasal? Mew mendendangkan lagi
hits mereka. Tiga nomor pertanda perpisahan, Special, Zookeeper's Boy, dan
Comforting Sounds. Judul terakhir memang sudah jadi tradisi.
Laiknya
semua pementas musik, personel Mew memberi hormat mendalam dengan saling
berpelukan dan menundukkan setengah badan ke hadapan penonton. Tertawa bersama,
menyapa dengan gerak tangan ke segala penjuru, dan melempar apa saja ke arah
penggemarnya. "Semoga kami bisa kembali lagi," ujar Jonas mewakili
teman-temannya.
'Mudik'
Mew ke Jakarta kali ini memang jauh dari kesan mewah. Lebar panggung tak lebih
dari 10 meter, jarak idola dan penggemarnya cuma dua meter, ditambah pagar besi
sedada. Cukup sederhana. Kedekatan itu justru terasa istimewa bagi Indo
Frengers. Terlebih, Jonas, Johan, dan Bo kerap turun dan bernyanyi bersama fan
seolah berbagi perasaan. "...into your house, why don't we share our
solitude?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar