Pages

Rabu, 01 April 2015

SEPERTI MUDIK UNTUK MERAYAKAN NATAL

Jonas Bjerre


Ini adalah pentas keempat Mew di Indonesia. Bedanya, kali ini mereka tampil sendiri setelah tiga pentas sebelumnya melulu bersama grup lain. Dalam konser tunggal kali ini, band asal Denmark tersebut mengenalkan hidangan anyar dalam menu bertajuk Plus Minus (+-). Album itu dirilis 27 April mendatang.

Mew pun mengaku tak bosan tampil di Indonesia. Mewakili kerabatnya, Jonas Bjerre merasa Indonesia umpama rumah, sehingga konser kali ini seperti 'mudik untuk Hari Natal'. Itu ia ungkapkan sebelum menyenandungkan She Came Home for Christmas.

Rumah yang berisik, yang berisi keluarga bernama Indo Frangers. Mereka yang tak lelah menyuntikkan semangat untuk Mew.

"Rasanya bahagia sekali kembali ke Jakarta. Terima kasih selalu menyambut kami," ucap Jonas setelah mengumandangkan Snow Brigade, nomor unggulan dari album brilian Frengers. Snow Brigade adalah sajian keempat dalam pentas di Skenoo Hall, Gandaria City, Jakarta, Selasa (31/3) malam.

Tiga nomor sebelumnya tak terlalu dominan. Yang dominan malah lampu latar berwarna biru. Hijau dan merah hanya sempat, kuning seakan lenyap meski tepat di atas tiga pentolan paling depan. Pun, gadget di tangan penonton yang berusaha merekam berbagai momen penampilan empat personel Mew. Justru tidak tampak layar besar yang biasa berdiri dalam sebuah konser untuk membantu penonton paling belakang melihat idolanya.

Coffe Break menjadi pembuka yang agak monoton. Seperti terlalu lawas bagi penonton yang sebagian besar berusia di bawah 30 tahunan. Tak heran juga, lagu itu bagian dari album A Triumph for Man yang rilis pada 1997, jauh sebelum nama Mew mencapai sudut terjauh belantika musik internasional.

Sebagian penonton terobati dengan Satellites. Sebagian lain masih meraba-raba. Andalan Plus Minus itu masih berumur pendek. Satellites dikenalkan dua bulan lalu di dunia maya. Tak terlalu massif, tapi mulut sebagian Indo Frengers merapal baik lirik pendeknya.

Bagi yang baru mendengar, Satellites mungkin agak janggal. Tempo lagu tak konstan, ritme penopang nada berjalan tak dinamis. Toh, kuping penonton mampu menemukan benang merah di sekelumit jeda lagu. Atmosfer dream-pop kental terngiang dalam Satellites, karakter yang susah hilang dari kuartet asli Copenhagen tersebut.

Di lagu My Compications, Mew lebih menyengat dengan nuansa progresif. Harmonisasi irama lebih masuk akal dengan gebukan drum nan konsisten dan permainan ritmis lead gitar. Hidangan yang menghentak kaki dan kepala itu bersambung ke nomor-nomor berikutnya yang penuh emosi.

Snow Brigade, Beach, Am I Wry? No, 156, bagai medley lagu kebangsaan yang meleburkan perbedaan individu-individu Frengers. Mereka sama di hadapan keempat lagu itu, sama-sama bernyanyi dan berjingkrak.

Jonas seharusnya duduk saja di tepi panggung setinggi lutut itu. Biarkan penggemarnya yang memadukan suara untuk melengkingkan lirik-lirik lagu kesohor Mew dengan sukarela. Sepertinya, rindu tak habis diuarkan meski Mew sudah empat kali mentas dalam lima tahun terakhir. "I'll find you somewhere, show you how much I care," gema lirik Snow Brigade di Skenoo Hall.

Mew juga kadang menyebalkan. Jonas, Johan, Bo, dan Silas, sengaja memainkan ambience penggemarnya. Kala ruangan berada di ketinggian, Mew dengan sengaja melambatkan tensi hentakan kaki dan kepala. Mereka tiba-tiba memainkan Silas the Magic Car dan Hawaii. Apocalypso muncul cuma menjadi penengah karena selanjutnya Mew me-medley-kan Saviours Of Jazz Ballet dan She Came Home for Christmas. Sesi mengalun ini diakhiri Water Slides yang terdaftar dalam Plus Minus.

Keempat pementas lalu menghilang. Penonton tercengang. "We want more," terlontar sebentar karena dengan cepat mereka sadar Jonas cs sedang bercanda. Penonton santai menunggu hingga personel Mew manggung lagi tanpa diminta. "I got you," teriak salah satu penonton.

Ini sesi terakhir. Dugaan penonton tak salah. Apa pasal? Mew mendendangkan lagi hits mereka. Tiga nomor pertanda perpisahan, Special, Zookeeper's Boy, dan Comforting Sounds. Judul terakhir memang sudah jadi tradisi.

Laiknya semua pementas musik, personel Mew memberi hormat mendalam dengan saling berpelukan dan menundukkan setengah badan ke hadapan penonton. Tertawa bersama, menyapa dengan gerak tangan ke segala penjuru, dan melempar apa saja ke arah penggemarnya. "Semoga kami bisa kembali lagi," ujar Jonas mewakili teman-temannya.


'Mudik' Mew ke Jakarta kali ini memang jauh dari kesan mewah. Lebar panggung tak lebih dari 10 meter, jarak idola dan penggemarnya cuma dua meter, ditambah pagar besi sedada. Cukup sederhana. Kedekatan itu justru terasa istimewa bagi Indo Frengers. Terlebih, Jonas, Johan, dan Bo kerap turun dan bernyanyi bersama fan seolah berbagi perasaan. "...into your house, why don't we share our solitude?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar