Pages

Sabtu, 29 Maret 2014

HAPPY


via clint

Dia menaburiku laku ceria dibungkus manis tawa dan renyah kedip mata.  Dia selalu begitu, seperti yang dia sebut tiap waktu. Tak ada gemericik air  mata di ngarai pipinya, pantang marah kala jengah. Ia manuskripkan segala  cerita dengan tinta merah merona, dengan lipstik dan maskara. Cantik. 

Aku ingat dia pernah mengumpat soal sejumlah hal, bagi beberapa orang, tapi katanya cuma sesaat. Umpatan, katanya, perlu diungkap kala sempat, lantas menguap. Karena ia yakin dua pertiga kehidupan berisi  kesenangan, tak elok jika ketegasan harus keluar dengan perlawanan. Ketegasan bisa juga tergambarkan dengan kepasrahan, pikirnya.

Dia sungkan untuk membahas satu tema yang diduga malah meregangkan semestanya. Dia tak mau menyudahi tawanya diganti muram barang sedetik saja. Katanya, tema muram menjadi awal dirinya tak bisa menikmati kehidupan, muram hanya bikin dirinya terus berpikir cara bertahan untuk hidup. 

Itulah mengapa dia selalu terhubung dengan isi dunianya, dia adalah penguasa jagat yang dulu hingga saat ini terus dipintalnya. Kuatnya rajutan membuat dia tak perlu menengok jejal benang-benang yang menghubungkan ia dengan seluruh partikel semestanya. Dengan optimistis, dia berpikir tak akan ada celah bakal menganga, sebab benang-benang itu terbuat dari sutra yang dipetiknya dengan tawa, diulur rancak nada, dipilin gerak bahagia. Because I'm happy, celotehnya satu masa.

Oh iya, dia lahir dari rimbun bunga di luas pekarangan, dari kokoh rumah dan mulus jalanan. Ia bercerita, tiap angka penanda peristiwa penting, wajib dirayakan. Dengan tawa, asa, dan doa yang ditabur, semestanya bergerak lentur seperti apa yang diinginkan. Dunia tercipta dari hal yang disugestikan.

Aku kagum, aku suka. Tapi, aku hanya bisa tersenyum, sebab aku bingung. Aku sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar