Pages

Senin, 13 Desember 2010

MARNI, MARNI!

sejenak saja aku sudah mampir di kuncup bibirmu
selazim susu yang kau tenggak sehabis subuh

menjadi sekilas ketika di bulu matamu mengantung harap sekarung kagumku
"dimana cawan-cawan yang kau beri pada lebaran tahun lalu?" butir-butir embun turun mengepungmu

*

di tangkai randu seekor lebah berang dan marah
kapas habis semasa kemarau di Agustus tragis
nyai-nyai tak punya malu mandi di kali
bergetar bibirmu, lalu berujar:
"Firdaus telah terbendung dosa-dosa para peretas!"

**

kau melengking menghadap kampung di ujung tebing
"kalian, wahai kaum ayahku, jangan pernah sekalipun pergi ke kota"

***

"marni" ujar ibumu sambil bergondang dengan halu
"ayah sudah dihimpit umur. ia pernah berbisik padaku, kau harus pergi ke kota esok hari pula."
"baik ibu," itu ucapmu seraya memilin tenunan kain

****

di ujung gedung yang berani menantang langit
senja mulai padam menghampiri lautan
aku terkantuk-kantuk menuliskan sajak di antara jerit buku-buku ideologi
kau masih mengorok menuntaskan lelah yang menetas lewat kilah
kilah itu ialah debat panjang di sebuah musholla kampus tentang tidak pentingnya sebuah khilafah
aku tersenyum, hanya bisa tersenyum, lalu?

*

ah, aku lupa apa yang harus kuungkapkan padamu
mungkin nanti saja di malam minggu
ketika para pengobral dosa menerima tamu di pinggir jalan raya

"ya sudah, kalau tak berani, lewat surat saja"
haha, aku masih ingat petuah sampahmu itu.
Marni, Marni!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar